LOUNCING 'SCENE TERAKHIR' DAN PELANTIKAN PENGURUS MAV-NET UIKA BOGOR 2010-2011

Keyakinan akan bangkitnya dunia film dari kaum muda yang tetap 'fokus' pada ke-aslian ide dan kreasi seni film ..... itu sejati dan menjadi harga mati

SCENE TERAKHIR >>>>>> yang di sutradarai oleh Ardiyantoko yang populis dengan sebutan 'wew' akhirnya dapat dipersembahkan sebagai karya film yang membuat pendiri MAV-NET, Agres Setiawan [Bang Agres] dan salah satu pendiri MAV-NET Bogor Ibrahim Fajri [Bang Baim] yang dapat hadir disela-sela kesibukan mereka.

SOAL SCENE TERAKHIR

"Galih ( Sofyan Aliyadin ) ialah seorang pria berusia 19 tahun, mahasiswa pada kampus ternama di kota bogor, ia berkeinginan untuk membuat sebuah film di kampusnya, berbekal ilmu film yang ia pelajari pada sebuah ukm film yang berada di kampusnya ia mencoba untuk merekam seluruh kegiatan yang ada dikampusnya hingga orang - orang terdekatnya untuk dijadikan sebuah film cerita yang menarik dengan dibantu oleh Dudung ( Ahmad Baenury ) yang juga teman dari Dinda ( Anike Rosalina ) yang tertarik pada Galih, namun sebelum satu SCENE TERAKHIR yang harus ia selesaikan, Galih mulai merasakan keanehan pada dirinya yang disebabkan oleh kebiasaannya merokok, Dan apakah cerita pada film Galih akan terselesaikan . . . ?"

MAKNA APRESIASI


Setiap bentuk kesenian, seperti seni musik, seni sastra, seni tari dan seni rupa memerlukan apresiasi dari penikmat. Secara harfiah, apresiasi seni berarti penghargaan terhadap kehadiran sebuah karya seni.

Apresiasi seni dibedakan dengan kritik seni. Kritik seni bertolak dari apresiasi. Namun, pada prinsipnya kritik seni menelaah suatu karya seni secara menyeluruh dan secara mendalam. Penghargaan yang tinggi dan rendah yang diungkapkan dalam apresiasi, lalu dibahas secara lebih matang. Isi pernyataan suka dan tidak suka atau menarik dan tidak menarik yang muncul dalam apresiasi, kemudian dirumuskan dengan tegas dan jelas disertai dengan alasan-alasan.

Itulah sebabnya, kritik seni selalu siap dengan perangkat-perangkat teori untuk melakukan suatu sorotan kritik. Perbedaan perangkat teori menyebabkan kritik seni memiliki aliran-aliran kritik. Kritik seni dilakukan oleh kritik oleh kritikus seni, yaitu para profesional yang menekuni bidang kritik seni. Kritikus menulis dikoran-koran, majalah-majalah, atau menulis telaah-telaah seni dalam bentuk buku. Semakin profesional seorang kritikus, semakin terbuka kemungkinan ia menjadi kritikus yang berwibawa. Dalam hal ini, kritikus yang suaranya didengar oleh para seniman maupun masyarakat luas.

Pada umumnya apresiasi dilakukan oleh orang yang terlebih dahulu ingin mengenal bagaimana sebuah karya seni diwujudkan, baru kemudian memberikan penghargaan. Jadi, apresiasi seni merupakan langkah awal menuju kritik seni.

referensi:
Dasar-dasar Apresiasi Film - Marselli Sumarno


MSC TANGERANG

MAV-NET STUDENTS COMMUNITY (MSC) TANGERANG

sebuah komunitas film pelajar yang menegakkan kreatifitas dan moralitas...sehingga mampu menjadi wadah bagi insan2 muda yang ingin berkreasi dan membangun bangsa lewat film...

KETIKA REKTOR BICARA FILM (2004)


KETIKA REKTOR BICARA FILM

Antusiasme Rektor saat memberikan wejangan diacara launcing MAV-NET kemarin bukan saja memberikan semangat bagi anak anak KPI, namun lebih dari itu ada semacam penyegaran berfikir yang kian terbuka, ketika beliau menjelaskan betapa organisasi seperti MAV-NET punya banyak peluang untuk maju. Apalagi melihat begron para perintisnya yang notabene orang orang da’wah, dimana seyogyanya menguasai dunia informasi, maka kebutuhan terhadap wadah apresiasi semacam MAV-NET menjadi kian penting. Demikianlah setidaknya isi wejangan yang beliau paparkan kalaitu. Berikut petikan wawancara ekskusif reporter MAV-NET bersama Rektor UIKA Didin Saepudin.

R: MAV-NET cabang Bogor baru saja diresmikan, bagai mana tanggapan bapak?

D: Itu baik sekali… untuk pengembangan kreativitas, memang sudah seharusnya kita punya lembaga semacam MAV-NET. Apalagi jika di kaitkan dengan dunia da’wah yang dituntut untuk mampu masuk kesemua lini maka kehadiran MAV-NET memang sangat dibutuhkan.

R : Mengingat tanggapan bapak yng sangat baik ini, apa saran bapak untuk MAV-NET?

D : saya menghimbau dan mendorong pada pimpinan MAV-NET cabang Bogor beserta jajarannya untuk segera berkreasi. Cobalah buat produk produk orisinil karya sendiri, dengan menampilkan orang orang sendiri, tentang kita, atau kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas akademis kita.semua itu tujuannya agar menimbulkan kesan positive masyarakat terhadap kita.

R : Contohnya pak?

D : yah… misalnya kita buat profil UIKA dari segala aspek terutama pada ruh keislaman yang kita punya. Itukan selain berguna untuk promosi, juga untuk konsumsi para tamu yang dating ke UIKA, itu akan menggambarkan dampak yang lebih kuat. Kalau dijelaskan dengan ucapan kan mereka masih bertanya Tanya, tapi kalau diperlihatkan lewat film misalnya, profil UIKA akan tergambar jelas sekalian sebagai cinderamat oleh oleh dari UIKA. Atau kita buat ceramah peradaban Islam berseri, dengan melibatkan Orang orang kita yang kompeten dalam hal itu seperti Pak Didin Hafidudin misalnya, kemudian kita kemas dalam cv, nah hasilnyakan bisa dijual ke Tv – tv swasta. Ya pokoknya bagaimana caranya aktifitas kerja kita, dapat menghasilkan karya yang kita produksi sendiri.

R : wah agaknya ambisi bapak pas dengan karakter mavnet yang mengusung moral dalam audio visual. Nah kalau secara umum film seperti apa yang bapak inginkan untuk di konsumsi oleh masyarakat kita?

D : ya tentu saja film yang ideal. Dan menurut saya film yang ideal itu adalah yang memiliki 4 aspek

1. film yang berisi misi akidah yang lurus, tidak bercampur dengan syirik.

2. film itu dalam adegannya memperlihatkan, mendorong penonton untuk beribadah.

3. film yang baik adalah yang punya kecerdasan dalam mengakhiri ending. Artinya ada solusi yang menggembirakan

4. kebagusan ahlak dan pola piker

R : Dan pertanyaan terakhir nih pak, apa himbauan bapak untuk anak anak KPI selaku perintis MAV-NET cabang Bogor ini?

D : sudah saatnya bagi Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam untuk melakukan terobosan kreasi

WORKSHOP SINEMATOGRAFI (2008)

MAV-NET UIKA BOGOR BERSAMA KOMITE FILM DAN MULTIMEDIA, DEWAN KESENIAN CIANJUR

SILATURAHMI AKBAR I PELAJAR SE-BOGOR RAYA (2008)

MAV-NET UIKA - TIM PROMOSI UIKA

PELATIHAN MENULIS SKENARIO (2008)

MAV-NET UIKA BOGOR

PELATIHAN KAMERAMEN (2008)

MSC BOGOR RAYA - MAV-NET UIKA

BIOSKOP DAN DISKUSI FILM 'FITNA' (2008)

MAV-NET UIKA BOGOR

SEJARAH AWAL


OUR HISTORY (2003)

Pada awalnya MAV-NET terbentuk, dilatar belakangi oleh persoalan lantaran tidak adanya organisasi yang mampu menghubungkan, memfasilitasi informasi, memberikan pendidikan antara komunitas muslim yang satu dengan yang lainnya, serta memunculkan komunitas-komunitas baru sebagai wadah bagi pengembangan Audio Visual Bermoral. Maka dibentuklah MAV-NET, yang merupakan kependekan dari Morality Audio Visual Network (Jaringan Audio Visual Bermoral).

Berdiri 11 Juli 2003 di Ulujami Jakarta. Diprakarsai oleh beberapa orang yang terlibat di beberapa komunitas dan lembaga yang concern terhadap media Audio Visual seperti Fu:n Community, Mimazah IKJ, Darunnajah, MQTV, Salman Film Maker Club, dan M-Screen.